Mencegah Kebakaran Hutan
Musim kemarau yang berkepanjangan sering membawa berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Keduanya bagai dua sisi mata uang yang berbeda namun sulit dipisahkan. Dampak positif yang ditimbulkannya harus diambil manfaatnya secara maksimal. Sementara dampak negatif harus diantisipasi dan ditanggulangi dengan bijaksana.
Jika kita belajar dari kejadian masa lalu, periode sekarang ini banyak memunculkan peristiwa yang memilukan bagi eksistensi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Misalnya kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang selama ini terjadi dan menimbulkan bahaya kabut asap, telah menimbulkan banyak persoalan beruntun. Misalnya menggejalanya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) bagi masyarakat di sekitar hutan yang terbakar.
Tidak hanya menyengsarakan masyarakat dalam negeri, problema ini juga meresahkan negara-negara tetangga. Ketika itu, negara-negara telah mendesak agar Indonesia untuk sesegera mungkin menangani bahaya kabut asap yang muncul setiap tahun dengan memberantas pembakaran hutan. Organisasi bangsa-bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) pun telah berulangkali mengingatkan agar polusi akibat kabut asap yang telah mengganggu perekonomian dan membuat turis lari supaya dituntaskan.
Masalah kabut asap telah menjadi problema regional. Telah berulangkali seruan agar kebakaran hutan supaya dapat diminimalisir, akan tetap hasilnya tak kunjung membawa perubahan nyata. Problema ini terus berulang dan berulang lagi. Disinilah diperlukan upaya serius dari pemerintah dan masyarakat luas, khususnya dalam pengelolaan lingkungan.
Bahkan di siang hari pun, cuaca sepertinya mendung, namun udara terasa sangat panas. Ini tentunya suatu kondisi yang tak lazim. Sebuah kondisi yang sangat meresahkan masyarakat, khususnya mereka yang memiliki riwayat kesehatan yang sangat sensitif bagi udara kotor.
Memang munculnya kabut asap ini juga dipengaruhi oleh musim kemarau yang berkepanjangan. Akan tetapi pengaruh kebakaran hutan menempati porsi yang sangat besar. Untuk itu, jika ingin segera dapat mengatasinya, tentunya kebakaran hutan harus dapat diminimalisir. Jika tidak, bukan tidak mungkin kabut asap ini akan menimbulkan permasalahan bagi aktifitas kehidupan manusia, termasuk keselamatan dan kesehatan jiwanya.
Kecelakaan lalu lintas akibat pendeknya jarak pandang, penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (Ispa) khususnya pada anak-anak akibat buruknya kondisi udara, dan bahkan akan mengganggu jalur penerbangan. Seperti yang diprediksi para pengamat lingkungan, kabut asap ini juga akan bertambah dalam beberapa hari ke depan. Itu artinya, tindakan dini untuk mengatasinya harus digalakkan. Disnilah dituntut kearifan kita bersama.
Untuk itulah, kita berharap ada solusi yang bijaksana untuk mengatasi masalah ini. Jika tidak ingin dampak lanjutan, yang jauh lebih parah akan terjadi. Dalam konteks inilah, menjadi sangat perlu membumikan adagium kesehatan dimana “mencegah lebih baik dari pada mengobatiâ€. Janganlah setelah dampaknya yang ditimbulkannya semakin luas dan besar, kita kemudian menjadi amat sibuk dan pontang-panting. Kita harus belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi dimasa lampau. Bahaya kabut asap, memang harus kita cegah sedini mungkin.
Selama ini, kita memang lalai dalam melestarikan dan mengelola lingkungan. Sering sekali kita serakah untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Kepentingan ekonomi sering pula membelenggu kelestarian lingkungan. Dengan bercermin dengan banyaknya bencana alam, termasuk kabut asap, maka selayaknya kita mau berubah untuk lebih menghargai kelestarian alam. Alam jangan di eksploitasi, tetapi dilestarikan untuk dimanfaatkan.
Satu hal yang perlu digalakkan adalah perubahan paradigma dalam pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan yang berbasiskan kelestarian dan keabadiannya harus tetap menjadi pokok perhatian. Disamping itu, penggunaan tekhnologi (khususnya tehknologi pertanian) baru dalam pembukaan lahan baru. Harus kita akui bahwa selama ini kita memang sangat tertinggal jauh dalam pemanfaatan teknologi ini. Selama ini, dengan alasan praktis dan tanpa membutuhkan banyak dana dan tenaga, upaya-upaya konvensional selalu kita lakukan. Sekarang ini, mumpung kebakaran hutan belum sempat terjadi, maka kewaspadaan dini layak ditingkatkan. (*)
0 komentar:
Posting Komentar